Islam mengajarkan menyayangi hewan.
Janganlah hewan itu disiksa atau diberi muatan yang berlebihan. Ada hewan yang
memang kuat dan bisa diberi muatan, ada hewan yang tidak seperti itu. Maka
sayangilah hewan dan jangan menyiksanya.
Dari Sahl bin ‘Amr (ada juga yang
memanggilnya: Sahl bin Ar Rabi’ bin ‘Amr Al Anshari yang dikenal denagn Ibnu Al
Hanzholiyah dan dia termasuk orang yang ikut Baitur Ridhwan), ia berkata,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati seekor unta yang punggungnya menempel
dengan perutnya (artinya: kelihatan begitu kurus karena tidak terurus). Beliau
bersabda,
اتَّقُوا اللَّهَ فِى هَذِهِ الْبَهَائِمِ الْمُعْجَمَةِ فَارْكَبُوهَا
صَالِحَةً وَكُلُوهَا صَالِحَةً
“Bertakwalah
kalian kepada Allah pada binatang-binatang ternak yang tak bisa berbicara ini.
Tunggangilah ia dengan baik-baik, makanlah pula dengan cara yang baik.” (HR. Abu Daud no. 2548. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan
bahwa sanad hadits ini hasan. Imam Nawawi mengatakan dalam Riyadhus Sholihin
bahwa hadits ini shahih).
‘Abdullah bin Ja’far berkata,
أَرْدَفَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَلْفَهُ ذَاتَ يَوْمٍ فَأَسَرَّ
إِلَىَّ حَدِيثًا لاَ أُحَدِّثُ بِهِ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ وَكَانَ أَحَبُّ مَا
اسْتَتَرَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِحَاجَتِهِ هَدَفًا أَوْ
حَائِشَ نَخْلٍ. قَالَ : فَدَخَلَ حَائِطًا لِرَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ فَإِذَا
جَمَلٌ فَلَمَّا رَأَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- حَنَّ وَذَرَفَتْ
عَيْنَاهُ فَأَتَاهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَمَسَحَ ذِفْرَاهُ فَسَكَتَ
فَقَالَ : « مَنْ رَبُّ هَذَا الْجَمَلِ لِمَنْ هَذَا الْجَمَلُ ». فَجَاءَ فَتًى
مِنَ الأَنْصَارِ فَقَالَ : لِى يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ : « أَفَلاَ
تَتَّقِى اللَّهَ فِى هَذِهِ الْبَهِيمَةِ الَّتِى مَلَّكَكَ اللَّهُ إِيَّاهَا
فَإِنَّهُ شَكَى إِلَىَّ أَنَّكَ تُجِيعُهُ وَتُدْئِبُهُ »
“Pada
suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memboncengkanku di
belakang beliau. Beliau bercerita kepadaku secara rahasia satu pembicaraan yang
tidak akan kuceritakan kepada seorang pun juga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah orang yang paling menyukai menutupi dirinya ketika buang air
dengan sesuatu yang tinggi atau dengan kumpulan pohon kurma.
Al Barqoni menambahkan di dalam hadits
tersebut dengan sanad Muslim bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memasuki pagar kebun milik seorang Anshar. Ternyata di sana terdapat seekor
unta. Ketika unta itu melihat beliau, unta tersebut merintih dan kedua matanya
berlinang.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mendatanginya, lalu beliau mengusap puncak punggungnya, yaitu punuknya dan
tengkuknya. Setelah itu unta itu pun diam (tenang). Kemudian beliau berkata, “Siapakah
pemilik unta ini? Milik siapa unta ini?” Lalu datanglah seorang pemuda Anshar,
kemudian berkata, “Unta ini milikku, wahai Rasulullah.” Lantas Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah engkau tidak bertakwa pada Allah terhadap
binatang ini yang telah Allah jadikan sebagai milikmu? Unta ini mengaku
kepadaku bahwa engkau membiarkannya lapar dan membuatnya kelelahan.” (HR. Muslim no. 342, Abu Daud no. 2549, Ahmad 1: 204,
lafazhnya adalah lafazh Abu Daud).
Dari Anas bin Malik, ia berkata,
كُنَّا إِذَا نَزَلْنَا مَنْزِلاً لاَ نُسَبِّحُ حَتَّى نَحُلَّ الرِّحَالَ
“Kami
pernah ketika singgah di suatu tempat, kami tidak bertasbih -yaitu tidak
melaksanakan shalat sunnah terlebih dulu- sehingga kami menurunkan beban-beban
dari punggung binatang tunggangan.”
(HR. Abu Daud no. 2551 dan Ahmad 3: 29. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa
sanad hadits ini shahih). Imam Nawawi menjelaskan hadits ini dalam Riyadhus
Sholihin bahwa meskipun para sahabat begitu semangat untuk melaksanakan shalat
sunnah, mereka tetap mendahulukan barang dari punggung hewan tunggangan dan
mengistirahatkan hewan tersebut.
Imam Nawawi membawakan tiga
hadits di atas dalam Riyadhus Sholihin pada judul Bab “Bersikap lemah lembut
kepada binatang tunggangan, memperhatikan keperluannya dan perintah kepada
orang yang tidak memperhatikan hak binatang untuk memberikan haknya, serta
bolehnya membonceng di atas binatang tunggangan apabila binatang tersebut
kuat.”
Hadits-hadits di atas intinya menunjukkan
perintah untuk berbuat baik kepada hewan dan jangan memberinya muatan yang
berlebihan. Ini tanda bahwa Islam mengajarkan menyayangi hewan.
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin berkata, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk berbuat baik pada hewan
ternak. Hendaklah manusia memperlakukan hewan ternak dengan cara yang baik.
Jangan bebani hewan tersebut pada sesuatu yang ia tidak mampu. Jangan pula
mengurangi makan dan minumnya.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 4: 593-594).
Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi
taufik.
Sumber : www.rumaysho.com